Menjaga Malam
Di antara bermacam bahaya malam di setiap kota, pasti ada orang-orang yang terjaga. Meski tidak benar-benar menjaga malam si Kota, bolehlah dikata mereka menjaga malamnya sendiri di Kota. Malam-malam adalah jam rawan, yang boleh kalah dan boleh balas dendam. Jika dalam salah satu cerpen si Nobelis sastra Anatole France dari Prancis menggambarkan kekhawatiran iblis terhadap seniman yang begadangnya bisa mengundang wahyu untuk turun, maka aku punya malamku dan malamnya temanku yang sedang kita adu. Mungkin wahyu terlalu berat untuk mengistilahkan hibah begadangku, maka sebut saja itu garam, si penabur.
Di malam-malam, seniman itu berpikir keras untuk menggambarkan wujud iblis di media lukisnya yang akan dipajang di gereja. Ia bertolak dari simbol-simbol moralitas malaikat dan iblis dalam kitab suci untuk mewujudkan iblis dengan sungguh keji. Aku berpikir bahwa seandainya iblis digambarkan dengan wajah konyol dan kocak, maka ia tak akan marah dan membuli seniman itu. Karena di kota, di malam-malam, persiapan pertama para penjahat adalah memastikan stok mentalnya masih tersedia agar tidak terlihat gaguk culun dan tidak bertingkah kocak. Entah itu maling, begal, pemadam listrik, penyusup, musuh dalam selimut atau penembak pasti mengawali aksi dengan memantapkan keyakinan untuk bertindak. Sudah pasti Iblis ngambek disamakan dengan penjahat. Terlebih lagi, iblis itu makhluk yang taat kepada Tuhan dan grafik konsistensi iblis dalam indeks pengabdian itu tidak naik-turun, tetapi statis.
Jadi, jika si seniman tadi terlanjur mengacaukan mood si iblis hamba Tuhan karena digambarkan layaknya penjahat, maka salah satu langkah yang tepat adalah membakar lukisannya dan cepat-cepat tidur agar malam-malamnya yang selanjutnya terjaga. Karena sudah pasti setelah lukisan mengerikan itu rampung, iblis dengan badmoodnya itu melipir dari tugas menggoda manusia dan mampir ke mimpi seniman. Ternyata benar, di mimpi itu wujud asli iblis berhasil membuat si seniman itu tergerak. Ia berjanji akan merevisi lukisan mengerikan itu dengan yang baru saja ia lihat, yang ternyata sangat jauh berbeda dengan sebelumnya. Tetapi, itu adalah wahyu terakhirnya, wahyu yang dikirimkan Tuhan lewat Iblis Express, yang benar-benar menggetarkannya daripada sepanjang pembacaannya terhadap pengetahuan-pengetahuan dan kemajuan, dan ia mati tanpa mengubah apa-apa.
Lalu malam si Kota, dan garam si penabur.
Tidak ada yang terlambat pada malam-malam di Kota. Mayat-mayat akan segera digarami, dan ia menjadi tahan waktu. Malamku, Malam temanku. Garam-garam di kepala kita nyatanya tidak banyak. Sesegera itu juga menjadi lembap. Malamku, di Kota. Tiba-tiba lesu, dan berpulanglah si penabur. Lantas, kebahagiaan tersipu di malam si Kota.